Marak Hobi Pelihara Ikan Cupang, Daun Ketapang Jadi Buruan
Hobi memelihara ikan cupang jadi berkah tersendiri. Masyarakat yang hobi ikan hias termasuk ikan cupang kini memburu daun ketapang untuk memelihara mutu atau persentase hidrogen air.
Hal selanjutnya jadi kesempatan bisnis bagi seorang pria di Sidoarjo, Jawa Timur. Warga Desa Sumokali, Kecamatan Candi, Sidoarjo bernama Guntur Kurniawan ini mencari sampah daun ketapang untuk penghasilan tambahan. Sehari-hari ia bekerja sebagai guru sekolah swasta di Sidoarjo, Jawa Timur.
Di sela-sela mengajar secara daring, ia mencari sampah daun ketapang di lebih kurang rumahnya. Ia mengaku jadi pencari sampah daun kering Pohon Ketapang sejak tujuh bulan lalu.
"Sebenarnya jikalau untuk di ikan hias itu sudah lama, hanya jikalau untuk fokus ke pengolahan daun ketapang sama dijual ini sudah lebih kurang 7 bulan, sejak pandemi, itu banyak teman-teman yang kelanjutannya memiliki hobi ikan hias, tetap aku kok memandang tersedia peluang,” ujar dia, seperti dikutip dari Liputan6, ditulis Kamis, (26/11/2020).
Ia menuturkan, Daun Ketapang yang sudah diolah dan dibersihkan jadi buruan para peternak dan penghobi ikan cupang. Para peternak dan penghobi ikan cupang, mengaku gunakan daun kering pohon ketapang, untuk memelihara mutu dan power of hydrogen (ph) atau persentase hidrogen air.
Manfaat Lain
Selain itu termasuk memelihara kebugaran sampai membantu memperindah warna tubuh ikan hias. Guntur menuturkan, daun kering ketapang ibarat sampah emas karena memiliki nilai ekonomis.
"Sampah emas jikalau teman-teman menyebutnya, karena jikalau orang-orang memandang begini tentu dibakar di jalan, padahal itu bisa dimanfaatkan, dan memiliki nilai ekonomi,” tutur dia.
Ia menjajakan per tujuh lembar Daun Ketapang lebih kurang Rp 5.000. Dari penjualan daun ketapang, Guntur bisa peroleh pundi-pundi rupiah antara Rp 500 ribu-Rp 700 ribu.
Pemasaran sampah Daun Ketapang yang dikelola Guntur sudah merambah Gresik, Surabaya sampai Lamongan, Jawa Timur bersamaan banyak para peternak dan penghobi ikan cupang.


No comments:
Post a Comment