Cerita Pelajar di Gunungkidul yang Rela Naik ke Bukit untuk Kerjakan Tugas
Cerita Pelajar di Gunungkidul yang Rela Naik ke Bukit untuk Kerjakan Tugas
Pantaipoker Ceme - Belajar Dari Rumah (BDR) memang mesti dibuntuti semua murid yang terdapat di Indonesia. Pandemi COVID-19 yang masih dilangsungkan hingga ketika ini memang memaksa murid untuk mengekor pembelajaran dengan memakai media daring, alias pembelajaran secara online.
Tugas sekolah pun dikatakan melalui media daring, demikian pun untuk pengerjaaan soal-soal mesti memakai handphone. Koneksi internet juga menjadi tumpuan untuk dapat mengikuti pembelajaran dan menggarap tugas yang diserahkan pihak sekolah.
Bagi pelajar di perkotaan, pasti pembelajaran melewati media daring itu bukan suatu persoalan. Karena jaringan internet lumayan mudah dicapai di mana infrastrukturnya sudah paling memadai.
Berbeda dengan pelajar di wilayah terasing dan di distrik pegunungan. Sinyal internet yang belum terdapat merata sering menciptakan pelajar di lokasi blank spot kerepotan. Mereka terpaksa beralih tempat belajar guna mendapatkan sinyal, belajar dari rumahpun terkadang mereka abaikan.
Seperti yang dirasakan oleh anak-anak di Dusun Petir B, Desa Petir, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul ini. Wilayah lokasi tinggal mereka ialah blank spot sebab pancaran sinyal internet dari tower seluler terhalang oleh gunung.
Untuk belajar, puluhan pelajar asal padukuhan ini mesti berusaha untuk dapat mendapatkan sinyal di gawai mereka. Di mana untuk menggarap tugas, puluhan murid di padukuhan itu harus berjalan lumayan jauh ke atas bukit demi menemukan sinyal internet yang ideal di gawai.
Seperti anak dari Warisna, Alodia Daffa Sinanta, pelajar SMP ini mesti berlangsung kaki menyusuri jalan setapak sejauh 250 meter guna sampai di kaki bukit guna menggali sinyal. Hampir masing-masing hari, bareng puluhan anak lainnya mereka pergi ke atas bukit untuk menggarap tugas.
"Biasanya janjian dulu di bawah. Baru nanti naik bersama-sama," ujarnya, Rabu (6/5/2020).
Ketika pergi ke atas bukit, Alodia pun harus membawa beban lumayan berat di punggungnya. Pasalnya, untuk dapat mengerjakan tugas dari gurunya, ia mesti membawa kitab yang lumayan banyak. Rasa lelah mesti ia kesampingkan supaya tugas sekolahnya dapat diselesaikan.
Kondisi semakin sulit saat hujan datang masa-masa akan menggarap tugas. Mereka mesti naik ke atas bukit yang lebih tinggi sebab sinyal terkadang hilang di lokasi biasa. Kondisi jalan yang becek dan licin menyulitkan ia dan pelajar lain guna naik serta turun bukit menggarap tugas.
"Sudah lebih dari 1 bulan ini. Ya capek, sebab harus membawa buku tidak sedikit terus naik gunung. Apalagi ketika puasa seperti ketika ini, rasanya pengen medot (berhenti puasa," ujar Alodia.
Meski menyulitkan, tetapi ia berjuang tidak mengeluh dan mengupayakan menikmatinya. Karena ia sadar dengan situasi geografisnya yang memang berada di wilayah terpencil dan sulit mendapatkan sinyal internet di gawai mereka.
Ia berharap supaya pihak penyedia layanan seluler untuk meningkatkan tower di tempatnya. Agar jaringan internet di wilayahnya bermukim semakin gampang didapatkan. Dan ia tidak butuh naik ke atas bukit lagi untuk menggarap tugas dari sekolahnya.
Kepala Desa Petir, Sarju, menuturkan masing-masing hari, murid naik turun bukit untuk menggarap tugas dari sekolah. Pasalnya, distrik Desa Petir belum seluruh wilayah masuk sinyal provider. Wilayah Desa Petir tidak sedikit perbukitan karst, akibatnya sejumlah titik yang masih blank spot.
"Ya kalau hendak mendapat sinyal ya mesti keluar kampung untuk menggali sinyal," ujarnya.
Ia mengungkapkan, di antara wilayah yang minim sinyal yaitu di Dusun Petir B, lokasi tinggal Alodia. Di padukuhan itu ada 21 murid dari tingkat SD sampai tingkat SMA masing-masing ada tugas mereka bersama-sama menaiki bukit Gunung Temulawak
No comments:
Post a Comment