Antartika, Satu-satunya Benua yang Masih Terbebas dari Virus Corona

Antartika, Satu-satunya Benua yang Masih Terbebas dari Virus Corona

Antartika, Satu-satunya Benua yang Masih Terbebas dari Virus Corona

Sejak pertama kali terdeteksi akhir th. selanjutnya di China, kini virus corona penyebab Covid-19 udah menjangkau ke ratusan negara berasal dari bermacam benua, menjadi berasal dari Asia, Australia, Eropa, Afrika, Amerika Utara, sampai Amerika Selatan.

Namun, ada satu benua yang tetap bebas berasal dari infeksi virus ini. Ia adalah Benua Antartika, benua terdingin yang ada di di ujung selatan Bumi. http://128.199.71.150/pantaipoker/

Jadi, di pas semua anggota dunia berperang melawan penyebaran virus yang begitu cepat, di Antartika setidaknya sampai hari ini, belum ditemukan satu pun kasus infeksi.

Oleh karenanya, benua ini disebut sebagai daerah teraman di dunia.

Hampir terinfeksi

Virus corona sempat hampir memasuki Antartika kala terdeteksi berjalan penyebaran virus di kapal-kapal pesiar terakhir musim ini di akhir Maret. Kurang lebih 60 prosen penumpang di dalamnya udah tertular Covid-19.

Namun virus tersebut tidak berhasil capai garis pantai yang beku. Kondisi benua ini yang diselimuti es menopang memastikan persebaran virus ini ke dataran wilayahnya.

Sejak awal th. ini, stasiun-stasiun penelitian milik bermacam negara itu udah memberlakukan pelarangan wisata atau kunjungan berasal dari para turis, Antartika pun dikunci atau lockdown untuk menahan terjadinya penyebaran.

Alhasil, banyak rencana kunjungan yang wajib dibatalkan.

Berpenduduk 5.000-an orang

Benua ini sebetulnya tidak berpenghuni, kalau ditinggali oleh sejumlah binatang layaknya pinguin, paus, anjing laut, dan albatros.

Namun, di sana tinggal kurang lebih 5.000-an orang yang kebanyakan merupakan ilmuwan atau peneliti. Mereka tersebar di 80 atau lebih basis pengamatan atau penelitian yang mereka lakukan.

Mereka pun menjadi begitu bersyukur di jaman pandemi ini 'terisolasi' di Antartika yang membeku.

Hal ini diungkapkan keliru satunya oleh Keri Nelson, koordinator administratif di Stasiun Palmer Pulau Anver, stasiun paling utara milik Amerika Serikat di Antartika.

"Saya percaya tidak ada seorang pun yang tinggal di sini yang tidak bersyukur untuk berada di sini, dan memperoleh keamanan. Kami semua sangat puas tinggal di daerah di mana penyakit ini (beserta semua dampaknya) mirip sekali tidak ditemukan," kata Nelson

Ikuti pertumbuhan di luar Antartika

Berbeda ulang bersama Robert Taylor (29), pemandu lapangan asal Skotlandia yang bekerja di Survey Antartika Inggris (BAS).

Robert mengaku ikuti pertumbuhan virus corona sejak awal ada di China sampai menjadi pandemi global pas ini, menjadi tetap tidak bisa terkoneksi sebab kehidupannya di Antartika tidak terpengaruh mirip sekali.

"Ini layaknya saya berada di Bulan kemudian memandang ke bawah. Kami bisa memandang apa yang terjadi, tapi itu sangat-amat jauh," kata dia.

Sebelumnya, terdapat pendapat yang banyak dipercaya, bahwa tinggal dan hidup di Antartika sepanjang satu musim bakal mengubah hidup dan langkah hidup seseorang.

Namun, kali ini Taylor berani mementahkannya.

"Saya tidak bisa berhenti bertanya-tanya mungkinkah dunia bakal mengalami lebih banyak pergantian berasal dari pada yang bakal kami alami," ujarnya.

Tidak terlalu berlebih kalau mereka merasakan perihal yang demikian, sebab kalau memandang dunia luar, di mana pun itu, semua tengah hadapi krisis yang serupa, pandemi covid-19.

Bahkan, Sekretaris Umum PBB, Antonio Guterres udah menentukan pandemi ini sebagai krisis paling menantang yang berjalan di dunia setelah Perang Dunia II.

Sedangkan Antartika dan semua penghuninya, tidak merasakan pergantian apa-pun di dalam keseharian hidup mereka, kalau kuantitas kunjungan yang jadi minim.