Viral Grup WA Anak STM Disebut Milik Polisi, Ini Penjelasan Polri
Klik di Situs ini -Beberapa saat lalu, beredar percakapan di WhatsApp Group (WAG), yang membuktikan siswa STM sedang mengulas duwit bayaran dikala mengikuti aksi di gedung DPR RI, Jakarta.
Dalam percakapan itu, peserta aksi terkesan tertipu koordinator lapangan yang memegang duwit bayaran untuk para pendemo. Warganet menduga, polisi lakukan pemalsuan chat tersebut.
Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo pun buka nada berkenaan dugaan polisi udah lakukan pemalsuan chat.
" Jadi kita jelas betul apa yang tersedia di sarana sosial itu, gara-gara sebagian besar adalah anonymous, narasi-narasi yang dibangun adalah narasi propaganda," ujar Dedi di Jakarta, Selasa, 1 Oktober 2019.
Menurutnya, kudu pembuktian lebih lanjut mengenai chat itu palsu atau tidak.
" Tentunya berasal dari Direktorat Siber Bareskrim udah memprofiling, aku juga belum menyaksikan tersedia narasi yang sifatnya provokatif narasi yang mengakibatkan suatu kegaduhan," ucap dia.
Dedi berujar, bagian multimedia Divisi Humas Polri akan terus memberi tambahan edukasi kepada masyarakat mengenai literasi digital. Sehingga, kalau tersedia kabar yang belum jelas tidak segera terprovokasi.
" Seperti contohnya kasus-kasus yang ditangani Direktorat Siber Bareskrim, dugaan tersedia tujuh kontainer surat nada tercoblos, bikin gaduh," kata dia.
Aparat kepolisian saat ini tetap mengupayakan membubarkan massa aksi demonstrasi di Gedung DPR RI, Jakarta.
Ratusan bagian Brimob terus menembakkan gas air mata ke arah massa yang berada di dua titik, di kawasan Palmerah dan Pulau Dua, Gatot Subroto.
" Cepat pulang adik-adik mahasiswa, orang tua kalian menunggu di rumah," ujar polisi lewat pengeras suara.
Selang sebagian saat, sebagian massa berseragam sekolah diamankan polisi.
Mereka digiring polisi berpakaian preman. Hingga kini, bagian Brimob terus mengupayakan membubarkan massa.
Massa demonstran menutup Jalan Tentara Pelajar, Jakarta Selatan. Massa bergerak menuju pintu belakang Gedung DPR, Jalan Gelora 1, Palmerah, Jakarta Pusat, Senin, 30 September 2019.
Polisi menahan massa aksi di Jalan Tentara Pelajar dan Jalan Gelora 1. Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Harry Kurniawan mengupayakan membujuk agar demonstran tak memaksa menuju pintu belakang DPR.
Demonstrasi di depan Restoran Pulau Dua, Jakarta Pusat juga sempat memanas. Restoran Pulau Dua berada di samping Gedung DPR Jakarta.
Demonstran melempari polisi bersama batu dan kayu. Hingga kini massa pun menutup Tol Dalam Kota yang berada di depan Gedung DPR Jakarta.
Begitu juga bersama Stasiun Palmerah yang berhenti mengangkut dan turunkan penumpang. Penumpang berasal dari arah Serpong hanya mampu hingga Stasiun Kebayoran.
Saat ini, berasal dari pantauan kamera keamanan di Jalan Tentara Pelajar, polisi berjaga menyingkirkan massa. Petugas memberlakukan proses buka tutup.
Tampak sebagian kendaraan melintas ke arah terlihat berasal dari Jalan Tentara Pelajar. Polisi menyingkirkan kericuhan dan lemparan berasal dari seberang rel kereta.
Aksi demonstrasi kembali digelar elemen masyarakat, mahasiswa, dan pelajar, di kurang lebih gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta Selatan.
Pantauan Liputan6.com, keliru satu titik kumpul massa yaitu di tempat halte Jakarta Convention Center (JCC). Di lokasi itu, massa demonstran berpapasan bersama bagian TNI yang berjaga di dekat tikungan Bendungan Hilir.
Saat berpapasan itulah, para aksi demonstran hormat dan menyalami prajurit TNI Angkatan Laut.
Dilaporkan , saat ini unjuk rasa dekat gedung DPR memanas. Massa melempari aparat kepolisian bersama batu.
Berdasarkan pantauan, konsentrasi massa terpecah menjadi dua. Massa di garda depan dipenuhi pelajar dan sebagian pria yang menggunakan masker. Sementara itu, massa di barisan belakang dipenuhi mahasiswa dan buruh.
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Harry Kurniawan berdiri di tengah-tengah barikade kepolisian. Dia berkali-kali mengingatkan massa yang berada di paling depan.
" Terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa dan buruh yang udah memberi tambahan batasan bersama massa yang punya niat mengakibatkan rusuh. Kami percaya massa yang berada di depan ini bukan bagian berasal dari kalian," kata Harry berasal dari atas mobil komando.
Harry mewanti-wanti kepada massa yang berada di depan untuk tidak berbuat anarkis.
" Kepada teman-teman yang di depan, kalian jangan berbuat anarkis. Di dekat kalian udah tersedia aparat berpakaian preman yang udah merekam kalian dan siap menangkap kalian yang tidak mematuhi aturan," ucap Harry Klik di Situs ini.
Aksi unjuk rasa menolak Rancangan Undang-undang KPK dan Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP) akan kembali oleh sekelompok mahasiswa berasal dari sejumlah kampus. Beredar di sarana sosial daftar SMK yang merencanakan ikut terlibat didalam aksi tersebut.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, menyatakan pihaknya menerima laporan daftar ratusan SMK yang hendak mengikuti aksi.
" Pukul 08.00 WIB tadi, KPAI juga mendapatkan pengaduan lewat aplikasi WhasApp (WA) berkenaan 119 daftar SMK yang dianggap berada di lokasi kewenangan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten," ujar Retno didalam info tertulisnya, Senin 30 September 2019.
KPAI mengajak Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) di lokasi masing-masing untuk segera menyita tindakan. Ini agar para siswa SMK tidak mengikuti aksi yang berpotensi menimbulkan kerusuhan.
KPAI sesudah itu mendesak KPAI Kadisdik mengakibatkan surat edaran kepada Kepala Sekolah untuk lakukan komunikasi bersama orang tua, untuk mengecek keberadaan anak didiknya.
No comments:
Post a Comment