Artis Korban KDRT Ini Rahasiakan Masalahnya di Depan Sang Ayah

Artis Korban KDRT Ini Rahasiakan Masalahnya di Depan Sang Ayah

Pantaipoker Ceme -Seorang seleb, sebut saja Indah, beberapa tahun yang lalu mengalami masalah dengan pasangan. Kepada saya, ia curhat memilih diam dan bertahan. Mendengar curhat ini, saya yang tidak sabaran jadi keki dan senewen sendiri. “Kekerasan fisik apapun alasannya tidak bisa didiamkan, dong Mbak,” saya mengingatkan. Lalu saya balik bertanya, “Situ masih cinta sama masnya?” Dia bilang tidak. Lalu mengapa bertahan dan diam? Indah menjelaskan, diam bukan berarti menerima perlakuan masnya melainkan menjaga perasaan ayah. Otak saya yang pas-pasan ini bingung. Hubungannya apa, ya?

“Aldebaran, waktu itu bokap gue sakit keras. Kalau sampai gue lapor ke polisi, diliput media, terus kasus ini muncul di televisi, lo bisa bayangin enggak perasaan bokap gimana?” ujar bintang film, pemain sinetron, sekaligus penyanyi ini. Saya diam. Akhirnya, ayah Mbak Indah menghadap Sang Khalik. Indah menggambarkan, ayahnya pulang dalam tenang. “Fisiknya jelas sakit, namun hati dan pikiran tenang melihat anak-anaknya baik-baik saja,” Mbak Indah menggambarkan kepergian ayahnya.

Setelah mengantar ayah ke tempat peristirahatan terakhir, Mbak Indah tidak langsung menindaklanjuti kekerasan yang menimpanya. Ia menanti 40 hari dulu, baru menyelesaikan kasusnya. “Gue menunggu 40 hari untuk menghormati almarhum, Al. Itu bentuk bakti gue. Sebagai anak, gue enggak boleh egois. Apapun selama itu bisa membuat bokap happy dan tenang pasti gue lakuin. Lo juga pasti melakukan hal yang sama ke bokap lo, kan?” Mbak Indah bertanya sambil tersenyum melihat saya.

Saya ingat betul obrolan dengan Mbak Indah berlangsung di salah satu gedung di kawasan Semanggi, Jakarta. Di wajahnya ada keikhalasan dan kelegaan. Bertahun kemudian, tepatnya tahun ini, saya membaca status teks Dewi Perssik di Instagram ketika ibundanya, Sri Muna, sakit. Pada 22 April 2020, Dewi Perssik menulis soal hubungan orang tua dan anak. Ada beberapa kalimat yang menyentil nurani saya.

“Jika memendam masalah hanya demi membuat orang tua bahagia kenapa tidak kita lakukan? Toh kasih sayang orang tua terhadap kita sedari kecil tidak akan bisa terbayar oleh kita dengan apa pun,” begitu Mbak Dewi Perssik menulis.

Ia melanjutkan status teksnya dengan sebuah pernyataan tegas. “Hidup itu pilihan, mau jadi anak yang baik atau anak yang tidak baik? Kita semua yang punya orang tua dan masih ada, jagalah mereka dengan memberi kebahagiaan. Bukan beban pikir,” kata Dewi.

Dua seleb cewek ini membuat saya berpikir keras soal bakti. Saat menulis artikel ini saya terkenang momen melayat tetangga yang baiknya setengah mati. Sebut saja, Mbak Kasih. Meninggal setelah berjuang melawan penyakit selama berbulan-bulan, kepergian Mbak Kasih bikin sedih dua putrinya, sebut saja Sulung dan Bungsu. Sulung meraung-raung. Serius, tangis histeris Sulung terdengar sampai tiga rumah dari rumah duka.

Saat saya tiba di rumah duka, Sulung masih menangis sampai tidak bisa berbicara. Kalaupun bisa, terbata-bata dan terdengar kurang jelas. Bungsu hanya diam di dekat jenazah Mbak Kasih. Ia tertunduk, tidak meneteskan air mata. Tentu saja pikiran julid saya mulai beraksi. “Ini Bungsu enggak merasa kehilangan ibu atau bagaimana, sih? Ditinggal ibu bukannya nangis malah diam saja,” ujar saya dalam hati.

Apes, pikiran saya terbaca oleh seorang teman. Usai melayat, dalam perjalanan pulang si teman mendekati saya. Persis di sebelah saya, si teman membisik begini, “Lo tahu, Sulung pernah bikin malu ibunya karena hamil duluan. Utangnya di mana-mana sampai jadi omongan orang. Dia nangis sampai segitunya karena enggak siap ditinggal ibu. Nyaris sepanjang hidupnya bikin malu dan enggak sempat bikin nyokapnya happy.”Pantaipoker Ceme