Pendeteksi Covid-19 GeNose Siap Dipasang di Stasiun, Gantikan Tes Swab? - PANTAIPOKER

Breaking

Monday, January 25, 2021

Pendeteksi Covid-19 GeNose Siap Dipasang di Stasiun, Gantikan Tes Swab?

Pendeteksi Covid-19 GeNose Siap Dipasang di Stasiun, Gantikan Tes Swab?

Pendeteksi Covid-19 GeNose Siap Dipasang di Stasiun, Gantikan Tes Swab? 

 Tak ada kecurigaan di wajah Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Dalam kunjungannya di Stasiun Kereta Api Pasar Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (23/1/2021), Luhut segera coba alat deteksi GeNose bersama cara menghembuskan napas ketiga ke dalam kantung yang sudah disiapkan.


Hasilnya, alat GeNose buatan tim berasal dari Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menunjukkan Luhut negatif Covid-19. Dia pun tampak semringah dan segera mempromosikan alat tersebut. Luhut mengatakan, alat GeNose ini sudah beroleh izin edar berasal dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).


"Kelebihan alat ini, bisa mendeteksi lebih cepat dan harga yang relatif lebih tidak mahal bersama akurasi di atas 90 persen," ujar Luhut memuji GeNose. 


Tak heran jika Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang mendampingi Luhut hari itu menjelaskan bahwa pemerintah dapat mendorong pemanfaatan alat deteksi Covid-19 GeNose di simpul-simpul transportasi umum, layaknya di stasiun kereta api, bandara, pelabuhan dan terminal.


Namun, tak semua pihak setuju jika GeNose di tempatkan di banyak lokasi yang menjadi area orang berkerumun atau bepergian layaknya stasiun kereta api. Salah satunya Kabid Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia, Masdalina Pane. 


Dia mengatakan, waktu ini GeNose baru memiliki izin edar, waktu pengujian juga masih dikerjakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) lewat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes). Sehingga, dia masih menunggu keterangan resmi berasal dari Kemenkes sebagai representasi pemerintah.


"Dari Kemenkes sendiri sebenarnya standar untuk diagnostik maupun screening itu GeNose belum masuk dalam standar. Jadi waktu ini masih rapid antigen sama PCR (yang digunakan untuk tes Covid-19)," ujar Masdalina kepada Liputan6.com, Senin (25/1/2021).


Dia tak mempermasalahkan inovasi yang dilakukan, namun terkait keberadaan GeNose dia menilai belum bisa diimplementasikan secara massal, jika jika GeNose sudah bisa menunjukkan efektivitasnya bersama clinical trial.


"Selama ini yang dikerjakan bukan clinical trial jika menurut saya, menjadi secara keilmuan aku enggak terlampau mendukung, lebih-lebih kan untuk Covid-19 ini dikarenakan transmisinya terlampau cepat dan luas. Memang sudah ada uji coba, namun bukan clinical trial," tegas Masdalina.


Dia mengatakan, jika menginginkan paham efektivitas GeNose, yang harus dikerjakan adalah clinical trial. Walaupun GeNose hanya alat, orang sering menyangka clinical trial itu hanya pada obat dan vaksin, padahal untuk alat juga sebenarnya harus dikerjakan clinical trial.


"Jadi jika aku menjelaskan alat ini belum bisa menggantikan tes yang sudah ada, layaknya tes swap atau PCR," ujar Masdalina.


Kalau berasal dari klaimnya, lanjut dia, GeNose ini bisa mendeteksi adanya virus dan susunan virus, waktu letak virus itu sendiri lumayan dalam, yaitu di bagian faring (saluran yang terdapat di pada trakea dan hidung) atau nasofaring (bagian atas tenggorokan yang terdapat di belakangan hidung).


"Jadi sebenarnya tidak bisa dideteksi di luar. Itu kan menggunakan udara yang disemprotkan dan sebenarnya ada kelemahan. Saya kira sudah banyak penjelasan tentang kelemahan dalam uji klinis GeNose sendiri," tutur Masdalina.


"Sejauh ini menurut aku Kemenkes belum mengeluarkan rilis, mengeluarkan izin edar itu yang suka digunakan sebagai pembenaran bahwa itu bisa dilakuan secara massal, padahal sebenarnya tidak untuk itu," dia menandaskan.Sementara itu, Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI), Hermawan Saputra menyongsong baik kehadiran GeNose sebagai hasil penelitian dan kajian anak bangsa yang patut diapresiasi. Namun, dia memandang alat ini memiliki kelemahan jika digunakan untuk tes massal di sejumlah simpul transportasi.


"GeNose ini menjadi kurang praktis jika ada risiko yang amat mungkin menjadi bias. Kalau seorang itu merokok, makan, beraktivitas di saluran pencernaannya sebelum coba alat ini, maka GeNose ini kurang tepat jika dijadikan bahan screening untuk di moda transportasi darat, laut atau udara," ujar Hermawan kepada Liputan6.com, Senin (25/1/2021).


Dia juga mengingatkan bahwa Menteri Kesehatan sendiri pernah menyesalkan pola testing dan tracing yang selama ini sifatnya sebagai prasyarat bepergian. Menkes lebih-lebih mengeluhkan selama ini pengecekan PCR antigen itu untuk bersua Presiden ke Istana, naik pesawat, kereta, padahal itu bukan pendekatan utama epidemiologis dalam pengendalian Covid-19.


"Yang harus dikerjakan adalah meluruskan trick pengendalian Covid-19 pada track-nya, bukan masalah GeNose. Kalau GeNose sebagai hasil kajian ilmiah dan testing ini kami bangga sekali. Tapi jangan seolah-olah dijadikan alat screening dan dioptimalkan di berbagai moda transportasi. Yang benar itu batasi mobilitas, enggak usah kami terlampau jor-joran membuka moda transportasi," tegas Hermawan.


Dia meminta tidak berjalan kekeliruan trick yang akhirnya menjadi proyek menghamburkan anggaran, waktu waktu ini kami perlu anggaran untuk pemanfaatan yang tepat.


"Kembalikan ke Pak Menkes untuk evaluasi cara testing, jangan hingga GeNose jadi tingkatkan beban dikarenakan tidak benar sasaran. Dalam penanganan pandemi, sesuai Keppres No. 11 Tahun 2020 tentang kedaruratan kesehatan masyarakat dan juga PP No. 21 Tahun 2020 tentang PSBB, leading sector itu Menkes. Jadi terutama dahulu dengarkan Menkes, bukan yang lain, dikarenakan obyek kami mengendalikan pandemi," Hermawan memungkasi.


Mencari Virus Bermodal Napas

Mulai 5 Februari 2021 mendatang, moda transportasi kereta api dan bus dapat menggunakan GeNose untuk lakukan screening Covid-19 pada penumpang. Ketua Tim Pengembang GeNose, Prof Kuwat Triyana menjelaskan, alat ini secara resmi sudah bisa izin edar Kemenkes untuk merasa bisa pernyataan regulator dalam menunjang penanganan Covid-19 dalam screening cepat.


"GeNose C19 hasil memproduksi masal batch pertama didanai oleh BIN dan Kemenristek/BRIN untuk di distribusikan, harapannya supaya kuantitas GeNose C19 yang masih terbatas bisa menambahkan dampak maksimal," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (25/1/2021).


Ia meminta distribusi alat ini bisa dikerjakan di bandara, stasiun kereta, area keramaian, juga tempat tinggal sakit. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga bisa mobile mendekati suspect Covid-19 bersama alat ini.


"Tapi pada th. ini tidak amat mungkin pengadaan GeNose C19 untuk kepentingan pribadi," katanya.


Tim meminta misalnya ada 1.000 unit kelak maka dapat bisa lakukan tes sebanyak 120 ribu orang sehari. Bila ada 10 ribu unit sesuai obyek di akhir Februari, maka Indonesia dapat bisa menunjukkan kuantitas tes Covid-19 per hari terbanyak di dunia, yaitu 1,2 juta orang per hari.


Kuwat mengatakan, diharapkan bersama kebolehan tes sebanyak itu bisa menemukan orang terinfeksi Covid-19 tanpa gejala (OTG) dan segera diambil tindakan isolasi atau perawatan supaya rantai penyebaran bisa segera terputus.


Cara kerja alat ini adalah bersama mengidentifikasi virus corona bersama cara mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC). Salah satu bagian Tim Pengembang GeNose, Dian Kesumapramudya Nurputra mengutarakan VOC terbentuk lantaran adanya infeksi Covid-19 yang muncul bersama napas.


"Orang yang dicek menggunakan GeNose, terutama dahulu diminta menghembuskan napas ke tabung khusus, sensor dalam tabung itu bekerja untuk mendeteksi VOC. Kemudian information yang diperoleh dapat diolah bersama bantuan kecerdasan buatan hingga memunculkan hasil," katanya.


Dengan pemanfaatan alat ini hanya kurang berasal dari 2 menit, GeNose bisa mendeteksi apakah seseorang positif atau negative Covid-19.


Dalam uji validasinya Anggota Tim GeNose UGM Dian K Nurputra menjelaskan ada kira-kira 615 sampel napas, dan 382 napas di antaranya disebut berpola positif terpapar Covid-19. Uji Validitas ini dikerjakan di RS Bhayangkara dan RSKLC.


"Uji Validasi di awalnya dikerjakan untuk memetakan bagaimana pola yang jelas, dan bagaimana pola ke orang-orang sakit namun non Covid-19," katanya.


Sementara itu, sejumlah operator terminal bus lazim di DKI Jakarta sedang menantikan pengadaan alat pendeteksi GeNose.


"Kita juga menginginkan memiliki alat itu (GeNose), namun masih menunggu regulasinya berasal dari Kementerian Perhubungan," kata Kepala Terminal Terpadu Pulogebang Bernard Pasaribu di Jakarta, Senin (25/1/2021).


Bernard menjelaskan operator terminal dapat sesuaikan pengadaan alat GeNose bersama kuantitas penumpang.


"Yang paham keperluan kami dapat sesuai bersama kuantitas keberangkatan penumpang. Kalau harus bersama kehadiran penumpang juga," katanya layaknya dikutip Antara.


Jumlah alat deteksi dini Covid-19 itu dapat sesuai permintaannya berdasarkan tingkat kebolehan pemakaian.


"Kalau berkata pengadaan, Nah itu aku yang belum paham, dikarenakan alat itu kan kemampuannya layaknya apa? Lalu bisa dipakai berapa kali dan berapa banyak? Baru kami tentukan jumlahnya," kata Bernard.


Berdasarkan Info awal yang diberikan kepada operator terminal, kata dia, GeNose berkemampuan mengeluarkan hasil analisa Covid-19 dalam waktu 3 menit bersama menggunakan media plastik.


Secara terpisah Kepala Terminal Kampung Rambutan, Made Jhoni, menjelaskan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi sudah berkunjung ke Terminal Kampung Rambutan, Minggu (24/1/2021) untuk mengecek kesiapan alat GeNose yang sedang dipesan.


"Alatnya hingga hari ini sebenarnya belum ada di terminal. Masih dipesan oleh Kementerian Perhubungan. Kita masih menantikan alatnya," katanya.


Terminal Terpadu Pulogebang dapat menjadi terminal pertama yang diprioritaskan untuk pengadaan alat GeNose.


Data dan Fakta GeNose

Kamis 24 Desember 2020 menjadi hari penting bagi GeNose, alat skrining Covid-19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM). Hari itu, alat ini mendapat izin edar berasal dari Kementerian Kesehatan bersama nomer AKD 20401022883 supaya bisa diproduksi massal dan didistribusikan ke masyarakat.


"Artinya, merasa waktu ini GeNose sudah bisa diproduksi massal dan didistribusikan atau dipakai untuk kepentingan masyarakat terutama dalam tentunya skrining Covid-19," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro di Jakarta, Senin 28 Desember 2020.


"Alat ini bisa diakui sebagai alat yang akurat, cepat, aman dan terjangkau bersama teknologi dan desain lokal dan juga yang masih impor adalah komponen elektroniknya," imbuh Bambang.


GeNose merupakan hasil penelitian UGM yang didanai Badan Intelijen Negara (BIN) dan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN). Alat yang nama panjangnya Gadjah Mada Electronic Nose (GeNose) itu disebut-sebut memiliki sensitivitas 92 persen dan spesifitas 95 persen. Kapasitas memproduksi pada Februari 2021 diharapkan lebih berasal dari 5.000 unit.


Menristek menuturkan, kelebihan GeNose adalah bersifat non-invasif supaya yang diperlukan hanya mengembuskan napas untuk mendeteksi Covid-19. Hasil deteksi cepat diketahui, tidak lebih berasal dari lima menit. Alat itu juga tidak perlu reagen dan bahan kimia lain.


Biaya tes bersama alat itu juga terjangkau dan hanya perlu NRM (non-rebreathing masker) dan hepa filter sekali pakai. Alat tersebut juga memiliki realibilitas tinggi dikarenakan menggunakan sensor yang bisa dipakai hingga puluhan ribu pasien dalam jangka lama.


Pada sistem kerja GeNose, napas pasien diambil sampelnya bersama meniup balon atau plastik. Sample napas tersebut dimasukkan ke "sensing unit" yang terdiri berasal dari sebagian puluh sensor udara.


Sensor yang menggunakan pendekatan terintegrasi bersama perangkat berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) itu dapat mendeteksi partikel atau volatile organic compound (VOC) yang dikeluarkan khusus pengidap Covid-19.


"Yang dideteksi di sini bukan virus penyebab Covid-19, namun yang dideteksi di sini adalah partikel atau senyawa yang sebenarnya secara khusus dapat tidak serupa jika dia dikeluarkan oleh yang mengidap Covid-19," tutup Bambang.


Berikut information dan fakta seputar GeNose : 


1. Deteksi Virus Dalam 50 Detik


GeNose mendeteksi virus lewat embusan napas yang disimpan di dalam kantung udara. Kemudian kantung udara tersebut dihubungan ke alat GeNose yang sudah didukung kecerdasan buatan (AI).


Menurut Kepala Produksi Konsorsium GeNose C19, Eko Fajar Prasetyo, sistem GeNose bisa mendeteksi virus dalam waktu 50 detik.


"Secara akurasi bersama PCR tidak jauh beda. Kalau negatif GeNose, tidak harus PCR," paham Eko.


2. Akurasi 90 Persen


Dalam kunjungan kerja ke Stasiun Pasar Senen, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memuji keakuratan GeNose yang di atas 90 persen.


"Kita dapat Dorong ini dipakai di area publik dan akurasinya juga di atas 90 persen. Semakin banyak yang menggunakan maka dapat tambah akurat dikarenakan mesin dapat tambah pintar," tutur Luhut di Stasiun KA Pasar Senen pada Sabtu (23/1/2021).


3. Izin Edar Kemenkes


GeNose sudah bisa digunakan di banyak area publik dikarenakan sudah beroleh emergency use of authorization dan izin edar berasal dari Kementerian Kesehatan.


"Pemerintah menambahkan apresiasi kepada tim GeNose berasal dari Universitas Gajah Mada (UGM) yang sudah bekerja keras untuk menciptakan inovasi ini dan menunjang pemerintah dalam lakukan upaya 4T (Tracking, Tracing, Testing dan Treatment)," ujar Luhut.


4. Biaya Tes Rp 20 Ribu


Luhut melanjutkan, harga yang dipatok untuk sekali tes bersama GeNose hanya Rp 20 ribu saja. Alatnya sendiri harganya raih Rp 62 juta.


"Alatnya hanya seharga 62 juta dan harga per orangnya hanya dikenakan kira-kira Rp 20 ribu. Jika pemanfaatan lebih banyak tentunya cost-nya dapat tambah turun dan nantinya alat ini dapat tetap dikembangkan supaya mempunyai akurasi yang dapat lebih tajam. Dan tentunya kami harus bangga dikarenakan ini buatan Indonesia," paham Menko Luhut.


5. Dipasang di Stasiun KA 5 Februari


Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, menjelaskan implementasi GeNose dapat dimulai di stasiun-stasiun Kereta Api (KA) pada 5 Februari 2021.


"Kita rencanakan di kereta api dapat dimulai pada 5 Februari 2021. Bertahap, sesudah itu baru pesawat terbang," tutur Budi.


Selain itu, Kemenhub juga dapat mengirimkan surat edaran kepada operator transportasi tentang pemanfaatan GeNose. Terminal Terpadu Pulogebang dapat menjadi terminal pertama yang diprioritaskan untuk pengadaan alat GeNose.


Pantaipoker dominoqq


 

No comments:

Post a Comment

Viral Pemuda Aniaya Tukang Sol Sepatu dengan Tendangan Kung Fu hingga Terpental

Viral Pemuda Aniaya Tukang Sol Sepatu dengan Tendangan Kung Fu hingga Terpental Viral Pemuda Aniaya Tukang Sol Sepatu dengan Tendangan Ku...