Jika Sex and the City Dibuat dengan Cita Rasa Lokal

Pantaipoker Ceme -Jakarta 1998. Tentu saja bukan waktu yang tepat untuk hidup santai. Suharto akhirnya mundur dari tampuk kekuasaan beberapa bulan yang lalu. Orang-orang masih tetap paranoid untuk bepergian karena kerusuhan kemarin. Dan negara masih berusaha keras untuk berbenah. Tapi itu semua bukan prioritas utama Siti. Siti sekarang sedang berfikir keras kenapa sampai sekarang dia belum menikah padahal umurnya sudah 24 tahun.
“Kagak usah dipikirin, Sit…” kata Linda, temannya yang sedang mengiris-iris mangga muda.
Setiap Minggu siang Siti dan ketiga temannya berkumpul untuk ngerujak bareng. Makan rujak sebenarnya hanyalah sebuah kamuflase karena sebenarnya yang mereka lakukan adalah curhat soal nasib mereka. Di antara mereka berempat, Linda adalah yang paling tua. Umurnya 29 tahun dan sudah memiliki satu anak yang berusia tujuh tahun.
“Laki-laki emang kagak bisa dipegang omongannye… Noh yang bisa dipegang cuman burungnya sendiri!” teriak Linda kencang yang membuat muka Zubaidah merona merah.
Berbeda dengan Zubaidah yang belum pernah merasakan sentuhan laki-laki apalagi membina rumah tangga, Linda adalah seorang janda. Dan hal itulah yang menjadi masalah utama hidupnya. Linda sendiri tidak pernah memedulikan masalah ini. Tapi semua orang di sekelilingnya justru yang mempermasalahkan statusnya itu. Sementara laki-laki terus mengganggunya, perempuan-perempuan lain menganggapnya musuh. Takut kalau-kalau suami mereka direbut oleh Linda. Apalagi Linda sendiri mempunyai bentuk badan yang diidamkan oleh para perempuan dan menjadi banyak fantasi laki-laki.
“Hus, Mbak Linda! Jangan keras-keras. Enggak enak kedengeran tetangga,” tukas Zubaidah.
Zubaidah satu tahun lebih muda dari Siti. Lulusan pesantren terkenal di Jawa Tengah, Zubaidah sudah lama menjadi babysitter anaknya Haji Romlah. Meskipun Zubaidah cantik dan perilakunya halus, belum ada satu laki-laki pun nyangkut di hatinya. Semuanya karena menurut Zubaidah laki-laki yang mendekatinya tidak pernah sesuai dengan bayangan di kepalanya.
“Yeee tapi bener omongan gue…” kata Linda.
“Emangnye Nyak lo bilang apa, Sit?” tanya Rosma yang sedang ngulek garam dan cabe rawit.
Rosma lebih tua dua tahun dari Siti. Di antara mereka berempat, Rosma adalah yang paling sukses kariernya. Dia bekerja sebagai sekretaris bos pemilik bengkel di Duren Tiga. Alasan kenapa Rosma tetap belum menikah meskipun dia cantik dan pintar adalah karena semua laki-laki takut dengan sikap dan celetukan Rosma yang blak-blakan.
Siti menghela nafas sebelum dia mengambil satu potong mangga dan mencolek potongan mangga tersebut ke adonan garam dan cabe rawit yang sudah digerus oleh Rosma. Siti mengunyahnya dengan mata terpejam. Perpaduan rasa asam, asin, dan pedas membuat sensasi yang menyenangkan di dalam mulutnya.
“Yaaa biase lah. Lo semua tau Nyak gue kayak gimana. Kemaren kan Nyak dapet undangan kawin lagi noh dari si Atun,” kata Siti cepat di antara kunyahannya.
“Atun? Atun yang jarang mandi itu?” celetuk Zubaidah. Begitu dia menyelesaikan kalimatnya, Zubaidah menutup mulutnya. Bertahun-tahun sekolah di pesantren membuat Zubaidah memiliki perangai yang lebih priayi daripada seluruh anggota darah biru keraton. Linda dan Rosma tertawa melihat respons Zubaidah ini.
“Udeh, Dah. Kalo lo mau nyelepet Atun, keluarin aje. Sama kita-kita ini,” kata Linda sambil menaruh pisau dan mulai mengunyah potongan mangga yang menggunung di dalam baskom berwarna biru.
“Lo kagak salah kok. Si Atun kan emang jorok anaknya,” Rosma menyahut dengan cepat. “Gue pernah satu pengajian sama dia dan astaga naga… bau banget keteknye. Kagak kenal deodoran apa gimane tuh orang?”
“Ya mungkin enggak punya duit kali, Ros,” sahut Siti.
“Yaelah… Bukan alesan. Sekarang ada banyak yang bisa dipake. Noh tawas. Beli seratus bisa lo pake sampe tahun depan noh,” jawab Rosma cepat.
“Trus nyokap lo bilang apa, Sit?” tanya Linda.
“Ya die nanya.” Siti menirukan suara ibunya. “Kapan mau kawin, Sit? Buruan kawin. Keburu nyak lo ini nyusul babe lo.”
Baca juga: 5 Ide Cerita untuk ‘Petualangan Sherina 2’
Linda menggelengkan kepalanya. “Di mana-mana nyak babe same aje. Nyak gue juga gitu. Ye kan gue kawin sama Zulkipli gara-gara dipaksa. Dibilangin Zulkipli anaknya baek, tanahnya banyak, rajin kerja. Halah. Kalo gue kagak keburu cere, udah mati gue pasti. Gue bilangin kalo tangannya Zulkipli alus banget suka nabok kok enggak percaya. Baru deh setelah liat badan gue babak belur, gue dibolehin pisah.”Pantaipoker Ceme

No comments:
Post a Comment